Memang ada kalanya bau mulut tidak disadari sipenderita, sehingga dokter gigi sebagai orang pertama yang mengetahuinya harus menyadarkannya. Lalu apabila dalam pemeriksaan tidak didapati kelainan gigi dan mulut, dokter gigi perlu berkonsultasi dengan sejawat yang lebih berkompeten guna menemukan musabab munculnya bau mulut.
Tugas dokter gigilah yang dapat membedakan bau mulut itu karena kelainan didalam mulut atau diluar mulut. Yang umumnya dipakai untuk menentukannya adalah cara Brenning. Yakni, pasien diminta mengatupkan bibir dan menghembuskan napas lewat hidung. Jika tercium bau, berarti penyebabnya di luar mulut, atau sebaliknya.
Kelainan di dalam mulut
Halitosis yang disebabkan kelainan di dalam mulut, umumnya itu terjadi akibat pembusukan sisa-sisa makanan oleh bakteri. Penimbunan sisa-sisa makanan terjadi karena kebersihan mulut yang buruk. Apalagi ditambah faktor susunan gigi yang salah posisi seperti misalnya gigi berjejal, akan makin buruk. Selain itu halitosis bisa tercetus oleh adanya gangguan yang berkaitan dengan gigi bungsu.
Juga, pemakaian gigi palsu dari logam dan vulganit lebih sering menimbulkan bau dari pada yang dari akrilik, kecuali gigi palsu terpelihara dengan baik. Para pemakai gigi palsu sebaiknya membersihkannya sebagamana gigi aslinya.
Karises gigi yang tidak dirawat adalah tempat bersembunyinya sisa makan dan sudah barang tentu merupakan salah satu sumber halitosis. Salah satu penyakit gusi yang disebabkan oleh bakteri fusopirochaeta juga menimbulkan bau busuk yang sangat tajam.
Pembedahan di dalam mulut seperti cabut gigi, odontetomi, alveolektomi, juga sering menimbulkan bau mulut. Ini dapat dipahami karena tidak berfungsinya pengunyahan pada sisi mulut yang sakit, disamping perdarahan kecil dan peningkatan jumlah bakteri.
Dari luar mulut
Jika penyebab didalam mulut sudah diatasi tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut. Misalnya leukimia, diabetes (kencing manis), tumor ganas di hidung, abses paru-paru, penyakit lever, TBC atau proses gangren (kematian jaringan).
Gangguan fungsi ginjal juga ternyata bisa menyebabkan halitosis. Pada penderita terdapat kadar ureum yang tinggi, yang kemudian beredar di dalam darah. Melalui proses kimia, dihasilkanlah zat amoniak yang memiliki bau menyengat. Komponen ini kemudian masuk ke dalam sistem pernapasan dan menyebabkan nafas berubah tidak sedap.
Makan, minuman dan obat-obatan juga sering menimbulkan hawa tak sedap. Makanan, minuman dan obat-obatan yang sudah diserap akan dibawa oleh darah menuju hati yang kemudian masuk empedu. Akhirnya, HCL di dalam darah dibawa kembali ke paru-paru yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernapasan.
Pengobatan bau mulut
Halitosis memang tidak selalu merupakan keadaan patologis (berkaitan dengan suatu panyakit). Pada individu tertentu bau mulut itu normal, misalnya kalau baru bangun tidur, saat wanita sedang haid, manula, atau ketika seseorang dalam pengobatan dengan dimetil sulfida untuk terapi demam rematik.
Karena itu perawatan halitosis tergantung pada penyebabnya. Bila disebabkan kelainan di dalam bau mulut, bau tak sedap bisa di kurangi atau dihilangkan sama sekali. Halitosis akibat pembusukan makanan bisa ditanggulangi dengan menjaga kebersihan gigi, antara lain dengan menggosok gigi secara teratur dan boleh juga memakai obat kumur.
Gunakan obat kumur (mouthwash) atau bilas mulut dengan air garam untuk melawan bau mulut. Berkumur selama 30 detik sudah cukup untuk menyingkirkan bakteri penyebab bau mulut. Bisa juga digunakan beberapa tetes tea tree oil atau minyak peppermint di lidah atau menggunakannya bersama dengan pasta gigi untuk menyingkirkan bau.
Kurangi makanan seperti bawang, bawang putih, kubis, dan rempah-rempah tertentu yang memicu bau mulut. Hindari minum kopi atau alkohol terlalu banyak yang akan memicu bau mulut. Sedangkan manula yang tak ingin hawa mulutnya berbau, dianjurkan mengurangi konsumsi gula guna meningkatkan jumlah saliva atau air liur. (ez/ks)
Pembedahan di dalam mulut seperti cabut gigi, odontetomi, alveolektomi, juga sering menimbulkan bau mulut. Ini dapat dipahami karena tidak berfungsinya pengunyahan pada sisi mulut yang sakit, disamping perdarahan kecil dan peningkatan jumlah bakteri.
Dari luar mulut
Jika penyebab didalam mulut sudah diatasi tetapi halitosis masih ada, maka perlu diwaspadai kemungkinan adanya penyakit yang tidak berkaitan dengan masalah gigi dan mulut. Misalnya leukimia, diabetes (kencing manis), tumor ganas di hidung, abses paru-paru, penyakit lever, TBC atau proses gangren (kematian jaringan).
Gangguan fungsi ginjal juga ternyata bisa menyebabkan halitosis. Pada penderita terdapat kadar ureum yang tinggi, yang kemudian beredar di dalam darah. Melalui proses kimia, dihasilkanlah zat amoniak yang memiliki bau menyengat. Komponen ini kemudian masuk ke dalam sistem pernapasan dan menyebabkan nafas berubah tidak sedap.
Makan, minuman dan obat-obatan juga sering menimbulkan hawa tak sedap. Makanan, minuman dan obat-obatan yang sudah diserap akan dibawa oleh darah menuju hati yang kemudian masuk empedu. Akhirnya, HCL di dalam darah dibawa kembali ke paru-paru yang selanjutnya dikeluarkan melalui pernapasan.
Pengobatan bau mulut
Halitosis memang tidak selalu merupakan keadaan patologis (berkaitan dengan suatu panyakit). Pada individu tertentu bau mulut itu normal, misalnya kalau baru bangun tidur, saat wanita sedang haid, manula, atau ketika seseorang dalam pengobatan dengan dimetil sulfida untuk terapi demam rematik.
Karena itu perawatan halitosis tergantung pada penyebabnya. Bila disebabkan kelainan di dalam bau mulut, bau tak sedap bisa di kurangi atau dihilangkan sama sekali. Halitosis akibat pembusukan makanan bisa ditanggulangi dengan menjaga kebersihan gigi, antara lain dengan menggosok gigi secara teratur dan boleh juga memakai obat kumur.
Gunakan obat kumur (mouthwash) atau bilas mulut dengan air garam untuk melawan bau mulut. Berkumur selama 30 detik sudah cukup untuk menyingkirkan bakteri penyebab bau mulut. Bisa juga digunakan beberapa tetes tea tree oil atau minyak peppermint di lidah atau menggunakannya bersama dengan pasta gigi untuk menyingkirkan bau.
Kurangi makanan seperti bawang, bawang putih, kubis, dan rempah-rempah tertentu yang memicu bau mulut. Hindari minum kopi atau alkohol terlalu banyak yang akan memicu bau mulut. Sedangkan manula yang tak ingin hawa mulutnya berbau, dianjurkan mengurangi konsumsi gula guna meningkatkan jumlah saliva atau air liur. (ez/ks)