Minggu, 30 Juni 2019

Ketahui Gejela-gejala dan Cara Penularan HIV/AIDS

Selama ini Anda mungkin sudah tahu bahwa AIDS merupakan salah satu penyakit mematikan yang sampai saat ini belum benar-benar ditemukan obatnya. Sejak diketahui pertama kali pada tahun 1981, AIDS telah membunuh 25 juta jiwa diberbagai belahan dunia. Karena penularannya yang sangat cepat  - terutama dikalangan pencinta seks bebas dan penggunan narkoba - di seluruh dunia saat ini diperkirakan lebih dari 40 juta orang mengidap HIV/AIDS (75% nya berada di kawasan Asia Pasifik dan Afrika).  

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome yang disingkat AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) sendiri adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan tubuh. Bila HIV telah membunuh sel T CD+4 hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 permikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang dan orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi.

Tanpa dilakukan terapi antiretrovirus (antiretroviral theraphy/ART), rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS adalah 9-10 tahun, dan rata-rata waktu hidup penderita setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Karena itu Anda perlu mengetahui gejala-gejala infeksi HIV/AIDS dan cara-cara penularannya hingga penyakit ini dapat dihindari sejak dini.  

Gejala umum

Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya penderita tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus terutama pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Namun beberapa minggu sesudah seseorang terinfeksi, penderita akan sering menderita penyakit ringan sehari-hari seperti demam, flu diare, dan rasa tidak enak badan yang berlangsung 3-14 hari.

Pada pada periode 3-4 tahun kemudian penderita juga tidak akan memperlihatkan gejala khas atau disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar juga tampak sehat. Gejala-gelala serangan virus HIV baru akan terlihat pada tahun ke 5 atau 6.

Pada tahun ke 5 dan 6 penderita akan mengalami gejala infeksi sistemik seperti: demam yang hilang timbul dan berkeringat (terutama dimalam hari), pembengkakan kelenjar, diare berulang penurunan berat badan secara mendadak, lelah, anemia dan sering sariawan.

Pada infeksi stadium-stadium akhir Infeksi oportunistik seperti Pneumonia (radang paru) , Tubercolosis, Thrush (infeksi jamur), Sarkoma kaposi (tumor pada kulit), kanker kelenjar getah bening (limfoma) akan umum didapati pada penderita AIDS.
Penularan

Penularan HIV dari sesorang yang telah terinfeksi kepada orang lain terjadi melalui pertukaran cairan tubuh, yang meliputi darah, cairan sperma, cairan vagina, cairan serebrospial (cairan otak), dan air susu ibu. Dalam konsentrasi yang lebih kecil, virus juga terdapat di dalam air mata, air kemih dan air ludah. Karena itu cara perpindahan HIV dari seseorang kepada orang lain juga sangat spesisfik, yaitu:
  •  Melalui pemakaian jarum suntik/alat tajam yamg memungkinkan terjadinya luka. Misalnya jarum tato, jarum tindik, peralatan pencet jerawat, dll. Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150.
  • Melalui hubungan seks tidak aman (tanpa kondom) yang memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina, atau cairan sperma dengan darah (pada seks anal). Penularan juga bisa terjadi pada oral seks (hubungan seks melalui mulut), walaupun lebih jarang
  • Melalui ibu hamil yang HIV posistif kepada bayi yang dikandungnya, yaitu melalui plasenta dan jalan lahir dan juga melalui ASI. Menyusui meningkatkan risiko penularan sebesar 4%.
  • Melalui transfusi darah atau produk darah
  • Melalui transpalantasi organ atau jaringan tubuh
Kemungkinan terinfeksi oleh HIV meningkat jika kulit atau selaput lendir robek atau rusak, seperti yang bisa terjadi pada hubungan seksual yang kasar, baik melalui vagina maupun melalui anus. Penelitian juga menunjukkan kemungkinan penularan HIV sangat tinggi pada pasangan yang menderita herpes, sifilis atau penyakit menular seksual lainnya, yang mengakibatkan kerusakan pada permukaan kulit..

HIV tak dapat ditularkan melalui kontak biasa atau kontak dekat yang tidak bersifat seksual di tempat bekerja, sekolah ataupun di rumah. HIV juga tidak ditularkan lewat makan minum bersama: pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon, WC umum, dan kolam renang: ciuman, senggolan, pelukan, dan kegiatan sehari-hari lainnya: atau lewat keringat dan gigitan nyamuk. Belum pernah dilaporkan kasus penularan HIV melalui batuk atau bersin penderita. (dm/bpm)

Artikel Terkait