Minggu, 07 Juli 2019

Osteoporosis, Penyebab dan Pengobatannya

Saat ini semakin banyak ditemukan penderita osteoporosis (tulang keropos), terutama di negara-negara maju. Menurut penelitian Instirute Kedokteran Garvan, Australia, setiap tahun 20.000 wanita di Australia mengalami keretakan tulang panggul dan satu dia antaranya meninggal karena komplikasi. Bahkan dikatakan 25% wanita dan  6% pria di negeri kangguru itu bakal terkena osteoporosis.

Pada tahun 2000-an di seluruh dunia terdapat 2,1 juta kasus akibat osteoporosis seperti  patah tulang pangggul, dan diramalkan akan meningkat hingga 3,94 juta kasus tahun 2025, dan 6,26 juta kasus dalam tahun berikutnya. Meningkatnya kasus osteoporosis ini  seiring dengan semakin tingginya usia harapan hidup suatu negara.   

Penyakit ini ditandai dengan hilangnya massa tulang secara berlebihan sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh, lemah, tidak tahan terhadap tekanan sehingga mudah patah. Masalah ini terjadi terutama pada kaum wanita, yang besar kemungkinan mengalami osteoporosis setelah masa menopause.

Berbagai pemicu

Tulang rapuh terjadi akibat ketidakseimbangan proses pembentukan tulang. Ketidak seimbangan itu terjadi karena penurunan drastis produksi hormon estrogen yang mestinya membantu penyerapan kalsium. Akibat kekurangan kalsium, tulang kehilangan massa dalam jumlah besar sehingga kekuatannya pun menurun drastis. Kalau kondisi ini dibiarkan, risiko terjadi patah tulang sulit dihindari.

Massa kalsium dalam tulang mencapai puncaknya pada usia 35 tahun, setelah itu terus menurun yang berarti pula osteoporosis mulai mengancam. Begitu wanita mencapai usia menopause (50-an), maka semakin menurun pula kadar kalsium dalam tulang. Hal ini berkaitan erat dengan turunnya kemampuan tubuh  mensekresi (menghasilkan) hormon esterogen pada wanita menopause.

Selain faktor menurunnya seksresi esterogen, ada beberapa pemicul lain lagi seperti jumlah vitamin D yang tidak cukup dalam tubuh, penyakit diabetes, merokok, terlalu banyak kalsium yang dikeluarkan dalam air seni, konsumsi kalsium kurang selama jangka waktu tertentu, ketidak mampuan usus menyerap kalsium dan kurang olahraga atau latihan yang menunjang kekuatan tulang.

Kemudian juga terlalu banyak mengkonsusi alkohol, obat antiradang atau obat steroid, kafein atau terlalu banyak konsumsi protein yang akan mengurangi kadar kalsium dalam tubuh, kelainan anoreksia (tidak mau makan karena takut gemuk), faktor keturunan (kerangka tulang yang tipis badan kecil lebih mudah mengalami kelainan ini), serta gaya hidup yang tidak teratur atau banyak stres.

Cara melawan osteoporosis

Melihat sejumlah penyebab itu, gaya hidup yang baik merupakan kunci untuk menghindari tulang keropos. Olahraga yang teratur dapat membentuk jaringan tulang yang lebih kokoh.

Wanita yang rajin berolahraga seperti latihan beban, jalan kaki, berenang, aerobik, dan suka berdansa jauh sebelum usia menopause terbukti lebih kokoh tulangnya. Olahraga yang terbukti bisa memperkokoh tulang itu diajurkan dilakukan 3 kali seminggu masing-masing selama 30 menit. Bila mulai terjadi kekeroposan, olahraga yang disarankan adalah berenang.

Namun perlu disadari, osteoporosis memang suatu proses yang terjadi secara alami, tidak dapat dihindarkan oleh siapa pun sejalan dengan pertambahan usia menjelang senja.

Secara sederhana pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari pemicu timbulnya penyakit. Juga meningkatkan kekuatan tulang dengan olahraga dan diet makanan yang baik dan seimbang.

Pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab terjadinya kasus. Misalnya, osteoporosis yang disebabkan rendahnya kemampuan penyerapan kalsium dalam usus halus karena kekurangan  vitamin D dapat ditangani dengan penambahan vitamin D: kekurangan kalsium dalam diet dapat ditangani dengan asupan kalsium yang cukup. Orang dewasa membutuhkan sekitar 1.000 mg kalsium/hari.

Pada kasus osteoporosis karena kekurangan hormon, pengobatan dilakukan dengan penambahan hormon kalsitonin, hormon pengendali proses pembentukan tulang.
FDA (Pengawas Obat dan Makan AS) merekomendasikan penggunaan hormon kalsitonin sintetik ikan salmon dan belut. Penelitian menunjukkan, pengobatan dengan hormon kalsitonin memberikan hasil memuaskan dengan efek sampingan relatif ringan.

Terapi dengan kalsitonin ternyata memberikan efek sampingan yang menguntungkan, yakni efek analgesik (penghilang rasa sakit) yang cukup kuat. Hal ini sangat membantu pasien dalam menangani rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai gangguan tulang.

Begitu Anda merasakan keluhan pada tulang, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter. Terutama bagi Anda yang sudah menginjak usia 30-an, hindari stres, makanlah dengan menu yang seimbang, dan secara teratur melakukan olahraga atau latihan yang dapat memperkokoh tulang. (sy/int)    

Artikel Terkait