Selasa, 22 Oktober 2019

Hipertensi Saat Hamil Bisa Menurun Pada Anak

Hipertensi pastilah bukan  hal yang baru. Tekanan darah tinggi ini bisa memunculkan stroke, serangan jantung, bahkan gagal ginjal bila tidak ditangani dengan baik. Mengingat bahayanya, maka disarankan untuk memeriksakan tekanan darah secara teratur. Orang disebut hipertensi ringan bila hasil pengukuran tekanan darahnya minimal mancapai 90-110 pada ukuran bawahnya, hipertensi sedang bila tekanan mencapai 110-130, dan hipertensi berat bila hsil pengukuran lebih dari 130.

Mereka yang kegemukan, menderita kencing manis, terlalu banyak makan berkadar garam tinggi, atau perokok berat, merupakan orang-orang yang paling banyak menjadi korban hipertensi.

Dampak hipertensi

Pada orang-orang kegemukan, risiko hipertensi muncul karena seluruh alat-alat tubuh harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar. Jantung pun harus bekerja ekstra. Karena kadar lemak darah orang gemuk juga tinggi, jantung mereka pun harus memompa darah dalam tekanan tinggi.

Demikian pula pada mereka yang menderita diabetes. Kadar insulin yang tinggi dalam darah akan menyulitkan jantung memompa darah karena darah menjadi lebih kental. Akibatnya, tekanan harus ditingkatkan agar suplai darah tetap terjamin. Lama-lama, jadilah tekanan darah tinggi permanen.

Pada perokok, asap rokok mengandung gas CO yang lebih cepat mengikat hemoglobin dibanding oksigen. Akibatnya suplai oksigen yang seharusnya dibawa darah berkurang. Jantung harus meningkatkan daya tekan agar suplai darah bertambah untuk mengangkut kekurangan oksigen. Tekanan tinggi terus-menerus ini, menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi rusak. Pembuluh darah menjadi tidak beraturan, tebal, mengeras, sehingga terjadi penyumbatan.   

Kekurangan suplai darah pembawa oksigen ini sangat terasa di otak. Pada tahap awal biasanya hanya terjadi stroke ringan bila suplai oksigen ini berkurang. Tetapi pada tahap yang lebih lanjut, stroke akan merusak otak sehingga bisa terjadi kelumpuhan atau kebutaan.

Bila kerusakan pembuluh darah terjadi pada ginjal, maka fungsi ginjal untuk membersihkan darah menjadi berkurang. Pada kasus gagal ginjal yang lebih lanjut, penderita terpaksa cuci darah minimal sekali seminggu untuk mempertahankan hidupnya.

Keadaan makin gawat bila jantung turut terganggu. Sel-sel jantung yang kekurangan suplai oksigen akan mengalami kematian. Akibatnya terjadi kematian otot jantung atau infark miokardiak. Bila otot jantung terlalu banyak rusak, jantung pun akan berhenti berdenyut.

Pada ibu hamil

Hipertensi juga berbahaya pada ibu hamil, karena bisa membuat sang ibu masuk golongan berisiko tinggi saat melahirkan. Si ibu tidak hanya merasa sakit kepala, gangguan penglihatan, muntah, sakit di lambung, dan bengkak kaki selama kehamilan, tetapi berisiko perdarahan saat melahirkan yang bisa menyebabkan kematian ibu.

Para ibu hamil makin perlu mewaspadai hipertensi ini kerena ternyata juga berpengaruh pada janinnya. Hasil penelitian menujukkan, mereka yang lahir dari ibu pengidap tekanan darah tinggi selama mengandung, juga berisiko terkena hipertensi.

Kesimpulan itu dilontarkan Dr. Daniel S Seidman dari Rumah Sakit Carmel, Haifa-israel berdasarkan penelitian pada 11.428 anak-laki-laki dan perempuan berusia 17 tahun. Hasilnya, anak-laki-laki yang ibunya darah tinggi ketika mengandung, hampir dua kali lipat mempunyai kemungkinan terkenan darah tinggi.

Hasil penelitian ini dapat menolong dokter memprediksi siapa-siapa yang bakal terkena darah tinggi. Mereka yang berisiko tinggi mengidap hipertensi dapat menguranginya dengan olahraga teratur, mengikuti diet rendah garam dan sedikit lemak jenuh, serta tidak merokok.

Penelitian lain menyebutkan sekitar 7 % ibu hamil yang tinggi tekanan darahnya, dapat mengalami penurunan aliran darah ke otak, ginjal dan hati. Dampak itu tidak hanya dirasakan si ibu saja tapi juga janin yang dikandungnya.

Dampak pada janin

Hipertensi saat hamil dapat mengarah pada eklampsia yaitu keracunan ketika mengandung disertai kejang, yang disebabkan pembuluh darah di otak tidak mendapat suplai oksigen yang cukup dalam darah.

Dari riset Seidman tercatat 10 % dari 471 remaja pria yang ibunya terserang hipertensi ketika mengandung mereka, memiliki tekanan darah sistolik (nilai atas)-nya lebih 130 miligram Hg, sedangkan yang diastolik (nilai bawah)-nya lebih dari 85 mg Hg sebanyak 8,5 persen anak laki-laki.

Pada anak lain yang ibunya tidak “bermasalah” namun terdeteksi memiliki nilai sistolik yang sama tinggi (130 mgHg dan 85 mgHg), masing-masing hanya 6,5 % dari 6.674 anak-laki-laki.

Remaja dengan tekanan sistolik lebih dari 130 dan/atau diastolik melebihi 85 dianggap di atas normal dan berisiko mengalami hipertensi di kemudian hari. Pada orang dewasa, tekanan darah yang tergolong tinggi adalah sistolik 140 dan/atau 90 diastoliknya (yi/kmp)

Artikel Terkait