Selasa, 17 September 2019

Mengurangi Risiko Buta Pada Anak Dengan Ubi Jalar

Berbagai berita tentang anak-anak dibawah usia lima tahun yang terancam kebutaan sungguh mengkhawatirkan hati para orang tua. Untuk mencegahnya pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan menyelenggarakan bulan pemberian vitamin A dosis tinggi kepada para balita diseluruh tanah air pada bulan Februari dan Agustus setiap tahun.

Namun tentu saja upaya menjaga kesehatan mata anak-anak terutama balita harus terus diupayakan orangtua melalui berbagai cara. Selain menunggu bulan-bulan pemberian vitamin A tersebut maka upaya lainnya harus dilakukan para orangtua adalah memberikan makanan bergizi, terutama makanan sumber vitamin A pada anak-anak mereka. Salah satu makanan sumber vitamin A adalah ubi jalar.

Ubi jalar (lpomea batatas L) terbukti mengurangi risiko buta pada anak balita. Hal itu terungkap dalam penelitian Dr. Muhilal dkk (1991) dari puslitbang Gizi Depkes. Dilaporkan bahwa di Lembah Baliem, Irian Jaya, yang semula diduga mempunyai risiko xeroftalmia lebih daripada 0,5 %, ternyata tidak dijumpai satu kasus pun penyakit xeroftalmia. Xeroftalmia adalah suatu penyakit mata yang umum terjadi pada anak-anak  yang disebabkan kekurangan vitamin A, berupa adanya bercak bitot dan jika tidak segera diobati dapat mengakibatkan kebutaan.

Menurut Muhilal, hal ini antara lain disebabkan oleh kebiasaan masyarakat lembah di Kabupaten Jawa Wijaya tersebut yang senang mengkonsumsi ubi jalar dan daunnya, serta buah merah, yang masing-masing mengandung betakaroten, senyawa provitamin A dalam jumlah yang tinggi.

Satu porsi ubi jalar rebus yang berwarna kuning emas, sekitar 200 gram saja misalnya, dapat mangandung betakaroten sekitar 5400 mikrogram, atau setara dengan 900 retinol ekivalen (RE). Angka tersebut sudah jauh di atas angka kecukupan vitamian A yang dianjurkan (350-600 RE).

Harus dimasak

Untuk mendapatkan manfaat maksimal batakarotennya, ubi jalar harus dimasak. Perlakuan panas pada saat pemasakan (direbus atau digoreng) akan meningkatkan bioavailability batakarotennya karena minyak berperan sabagai pelarut senyawa tersebut. Di dalam tubuh, betakaroten menjadi lebih mudah diserap dan akan mengalami metabolisme lanjutan untuk menjalankan beberapa fungsinya.

Fungsi betakaroten yang pertama adalah sebagai perkusor vitamin A yang secara enzimatis berubah menjadi retinol, zat aktif vitamin A dalam tubuh. Dilaporkan konsumsi vitamin A yang selalu cukup dalam jangka waktu beberapa tahun, akan tertimbun di dalam hati sebagai cadangan yang dapat memenuhi kebutuhan vitamin ini sampai sekitar tiga bulan tanpa konsumsi vitamin A dari makanan.

Vitamin A sangat berperan dalam proses pertumbuhan, reproduksi, penglihatan, serta pemeliharan sel-sel epitel pada mata. Vitamin A diketahui juga sangat penting dalam mengikatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit.

Fungsi kedua, sebagai anti-oksidan yang kuat untuk melawan keganasan radikal bebas, penyebab penuaan dini dan pencetus berbagai penyakit degeneratif seperti kanker dan penyakit jantung. Jadi, dalam hal vitamin A juga akan meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit degeneratif.

Ketiga, vitamin A mengaluskan kulit dan menyehatkan mata. Hal ini sangat penting terutama bagi wanita yang ingin berkulit halus dan memiliki kecantikan alami.

Selain kandungan betakaroten dan vitamin A yang tinggi, ubi jalar mengandung banyak karbohidrat (57-90 %) yang terdiri dari pati (60-80 % berat kering), gula (40-30 % berat kering) selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Dalam 100 gram ubi jalar terkandung energi (123 kkal), protein (2,7 gram), lemak (0,7 gram), mineral kalsium (30 mg), fosfor (49 mg), besi (4 mg), Vitamin B-1 (0,09 mg), vitamian B-2 (0,032 mg), vitamin C (2-20 mg), dan air (68,5 %).

Selain direbus atau digoreng, ubi jalar dapat diolah jadi keripik, tepung ubi jalar, bahan campuran garam meja, CMC (carboxymetyhyl cellulose), dan bahan MSG. Dari tepung ubi jalar dapat dibuat menjadi cookies, jam, kecap, muffin dan lain-lain

Mencegah konstipasi

Hal yang harus diperhatikan dari tepung ubi jalar antara lain kandungan proteinnya relatif rendah dan kadang-kadang rasanya agak pahit. Untuk meningkatkan kadar protein tersebut, dalam pembuatan kue tepung ubi jalar dapat dicampur dengan kacang hijau, kedelai, atau gude. Sedangkan untuk memperbaiki rasanya dapat dilakukan dengan menambahkan bahan flavor.

Biasanya kalau makan ubi jalar seseorang akan sering buang angin. Hal ini karena kandungan oligasakarida pada ubi jalar cukup banyak sehingga akan menyebabkan saluran pencernaan dipenuh gas (fletulens). Namun, hal itu tidak terlalu bermasalah, karena olisakarida tersebut bermanfaat untuk kesehatan, khususnya untuk mencegah timbulnya konstipasi (sulit BAB).

Ubi jalar yang baik dikonsumsi adalah yang berwarna kuning hingga oranye, karena kandungan pro vitamin A-nya tinggi dengan itu diharapkan akan mengurangi risiko mata anak-anak menjadi buta akibat kekurangan vitamin A, dan sekaligus juga akan meningkatkan daya tahan maupun kekebalan tubuh mereka terhadap serangan berbagai penyakit. (mh/kmp)

Artikel Terkait