Minggu, 09 Juni 2019

Antioksidan, Resep Hidup Sehat dan Umur Panjang

Untuk mendapatkan tubuh sehat dan umur panjang orang melakukan banyak hal. Mulai dari menyantap makan tambahan, sampai bedah kosmetik untuk mengencangkan kulit yang mulai keriput. Padahal itu hanya permukaan. Yang lebih penting justru bagaimana kita memerangi radikal bebas yang merusak tubuh dari dalam. Antara lain dengan antiokasidan seperti yang akan kita bahas kali ini.

Saat ini kelebihan gizi mengakibatkan makin tingginya prevalensi penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, kencing manis, rematik diberbagai negara. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh lingkungan yang tercemar, kesalahan pola makan dan gaya hidup yang justru merangsang tumbuhnya radikal bebas yang merusak tubuh.

Kondisi ini mendorong para ahli menggali teori dasar radikal bebas serta mencari bagaimana cara mengendalikan produksi radikal bebas pada tubuh kita. Penelitian di bidang gizi artomolekul pada tingkat sel membuktikan, antioksidan dapat melindungi jaringan tubuh dari efek negatif radikal bebas.

Apa itu radikal bebas?

Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya tidak stabil (mempunyai satu elektron atau lebih tanpa pasangan), sehingga untuk memperoleh pasangan elektron senyawa ini cendrung “mencuri” partikel dari molekul lain, yang kemudian menimbulkan senyawa tidak normal dan memulai reaksi berantai yang dapat merusak sel-sel penting dalam tubuh.

Senyawa radikal bebas tersebut timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil sampingan proses oksidasi pada waktu bernafas, metabolisme sel, olahraga yang berlebihan, atau ketika tubuh terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pencemar atau radiasi matahari.

Sebenarnya dalam tubuh, pembentukan radikal bebas merupakan mekanisme biokimia normal. Radikal bebas hanya bersifat perantara yang bisa dengan cepat diubah menjadi substansi  yang tidak membahayakan. Namun jika radikal bebas bertemu dengan enzim atau asam lemak tak jenuh ganda, maka ia dapat merusak sel-sel tubuh.

Radikal bebas inilah biang keladi berbagai penyakit seperti penyakit lever, penyakit jantung koroner, katarak, penyakit hati dan penuan dini.

Antioksidan pelindung kesehatan

Dari asal terbentuknya, antioksidan dibedakan menjadi dua yakni intra seluler (di dalam sel) dan ektra seluler (di luar sel) ataupun dari makanan. Dari sini antikosidan tubuh bisa dikelompokkan menjadi 3 yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier

Antioksidan primer bekerja untuk mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru. Ia mengubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi. Contoh adalah enzim SOD. Enzim ini sebenarnya sudah ada dalam tubuh kita, namun dalam kerjanya ia membutuhkan bantuan zat-zat mineral seperti mangan, seng, selenium dan tembaga.

Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh nya: vitamin E, vitamin C, beta karoten, asam arat, bilirubin dan albumin. Sedangkan antioksidan tersier memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contoh: enzim metionin sulfoksidan raduktase.

Lebih dari 200 penelitian epidemologi menyatakan, beta karoten mampu mencegah kerusakan sel normal dari sel ganas dengan cara meningkatkan keutuhan sel-sel normal dan mengusahakan agar sel-sel kanker tersebut bertindak sebagai sel normal.

Vitamin C berperan dalam menurunkan risiko kanker saluran pencernaan. Dikatakan pula adanya hubungan antara asupan vitamin E yang rendah dan risiko kanker payudara, paru-paru, tenggorokan dan mulut.

Beberapa studi mengungkapkan peranan antioksidan untuk mencegah penyakit jantung. Oksidasi LDL (low densit lipoprotein) menyebabkan kerusakan dinding pembuluh arteri yang berarti proses awal dari aterosklorosis (pengerasan pembuluh darah arteri).

Ikan dan tempe

Antikosidan banyak ditemukan pada bahan pangan yang kaya Vitamin E dan Vitamin C seperti minyak sayur, biji gandum, ikan laut, tempe atau buah-buahan: jeruk lemon, stroberi, melon, dan sayur-sayuran: tomat, sayuran berwarna hijau, brokoli, kembang kol. Tempe dan ikan laut dapat memusnahkan atau meminimalkan pembentukan radikal bebas.

Selain itu, anti oksidan dapat pula diperoleh pada zat pigmen (karoten, likopen, flavanoid, klorofil) dan enzim (glutation peroksida, koenzim, Q-10 atau ubiquinon). Karoten banyak pada wortel, ubi rambat, semangka bayam, kangkung, jeruk. Likopen pada tomat. Falavanoid pada wortel, jeruk, brokoli, kol, mentimun, bayam, tomat merica dan terung.

Sejak lama antioksidan telah dimanfaatkan dalam pengolahan pangan untuk menghambat kerusakan makanan. Biasanya antioksidan ini ditambahkan pada makanan yang mengandung lemak atau minyak, buah segar atau sayuran agar tidak cepat rusak. Senyawa ini juga dapat untuk mencegah perubahan warna dan rasa yang disebabkan oksigen di udara.

Selain pada bahan makanan, antikoksidan seperti vitamin E juga sebagai suplemen diet untuk mengatasi proses oksidasi dalam tubuh. Belakangan malah antioksidan digunakan dalam produk kosmetik. (sy/its)

Artikel Terkait