Selasa, 04 Juni 2019

Penyakit-penyakit Berbahaya Yang Timbul Akibat Merokok

Merokok menganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa diantaranya bahkan berujung pada kematian. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang sekitarnya (perokok pasif).

Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan problem di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecendrungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cendrung timbul peningkatan kebiasaan merokok.

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis diantaranya bersifat karsinogenik. Bahan-bahan kimia pada rokok tersebut terdiri dari komponen gas dan partikel. Komponen gas contohnya karbonmonoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dan nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponenen pertikel seperti tar, nikotin, benzopiren, fenol dan kadmium.

Penyakit paru-paru

Merokok dapat menyebakan perubahan strutur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar sel mukosa membesar dan kelenjar muncus bertambah banyak. Pada saluran nafas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

Akibatnya perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini mejadi dasar utama terjadinya penyakit obstruktif paru menahun.

Partikel asap rokok seperti benzopiren, dibenzopiren dan uretan dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadi kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

Dampak tehadap jantung
Komponen partikel rokok seperti nikotin menganggu sitem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebakan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga menggangu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.

Karbon monoksida (CO) menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persedian oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen dan mempercepat aterosklorosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas, sehingga mempermudah penggumpalan darah.

Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah.

Disamping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL (low densit lipoprotein, lemak jahat), dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL (high density lipoprotein, lemak baik) lebih rendah.

Penyakit jantung koroner  

Banyak sekali penelitian membuktikan kuatnya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner. Dari 11 juta kematian pertahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, dimana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI mendapatkan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 % menjadi 16 %.

Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya penyakit jantung koroner. 

Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 % pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.

Penyakit stroke

Penyumbatan pembuluh darah  otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok, AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok perokok bukan perokok timbul swtelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada kelompok perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS. (ht/mhs)

Artikel Terkait