Selasa, 02 Juli 2019

Gampang Pingsan Belum Tentu Karena Lemah Jantung

Pernahkan Anda saat mengikuti upacara bendera di lapangan atau sedang menghadapi satu resepsi mendadak jantung berdebar-debar, berdegup kencang, kepala serasa ringan,  badan lemas serta keluar keringat dingin, pandangan berkunang-kunang dan akhirnya gelap lalu jatuh pingsan?

Penyebab kejadian seperti itu bisa karena jantung kita lemah atau memiliki kelainan, tapi bisa juga karena faktor luar. Sebagian besar kasus pingsan yang bukan karena kelainan jantung (sinkop non kardik) menurut para ahli, lebih disebabkan karena terkena hipersensitivitas vagus. Vagus adalah saraf otak kesepuluh yang berada pada organ bagian dalam tubuh dan sangat berpengaruh terhadap frekuensi detak jantung.

Hipersensitifitas vagus berawal dari kecendrungan terkumpulnya sebagian darah dalam pembuluh vena bawah akibat gravitasi bumi karena berdiri lama misalnya, hal ini menyebabkan jumlah darah yang kembali ke jantung berkurang serta tekanan darah sistoliknya menurun. Guna mengatasi penurunan tersebut, otomatis timbul refleks berupa bertambahnya frekuensi dan kontraksi jantung.

Pada seseorang yang hipersensitif, bertambahnya frekuensi dan kontraksi ini justru mengaktifkan reseptor mekanik yang ada pada dinding balik jantung kiri. Efeknya frekuensi detak jantung berbalik menjadi lambat, pembuluah darah tepi melebar dan kemudian terjadi tekanan darah rendah (hipotensi) sehingga aliran darah ke susunan saraf terganggu. Disinilah pingsan (sinkop) terjadi

Mencegah pingsan

Untuk mencegah agar jangan sampai pingsan, sewaktu gejalanya terasa masih ringan, baru terasa berdebar-debar misalnya, coba gerak-gerakan tungkai atau kaki, serta sekali-kali batuk kecil. Cara tersebut dapat juga dibantu lagi dengan mengalihkan perhatian kita sesaat. Misalnya kalau sedang berada dalam suatu upacara perhatikanlah peserta lain di depan kita satu persatu, mengingat-ingat kejadian menyenangkan yang pernah kita alami atau menggumankan lagu favorit Anda.

Kalau dengan cara tersebut gejala tidak berkurang, tapi malah semakin parah,  mengeluarkan keringat dingin dan kepala terasa melayang, apa boleh buat! Lebih baik Anda segera jongkok, duduk atau mundur mencari tempat berbaring agar tungkai dapat dinaikkan lebih tinggi dari kepala. Biasanya dalam waktu singkat akan terasa lebih nyaman dan pulih kembali. Apalagi jika ditambah dengan minuman segar.

Sementara kalau kita harus menolong orang pingsan, sebaiknya lakukan tips praktis berikut ini :
  • Baringkan penderita ditempat tidur dengan kepala dimiringkan. Hati-hatilah agar posisi kepala jangan ditinggikan.
  • Bila penderita berada di kursi dorong kepala kebawah diantara kedua lututnya
  • Longgarkan pakaian yang ketat agar aliran darahnya tidak terganggu.
  • Bila perlu oleskan garam yang berbau tajam, atau teteskan air dingin di kening atau leher untuk mempercepat pulihnya kesadaran.
  • Jangan memberikan apapun lewat mulut apabila penderita belum sadar
  • Panggil dokter atau ambulans bila tidak kunjung sadar.
Karena kerah baju ketat

Hipersensitifitas vagus dapat juga berupa sinkop sinuskarotis, yakni jatuh pingsan dicetuskan saat menoleh mendadak. Ini bisa terjadi bila penderita mengenakan baju berkerah tinggi terlalu ketat, sehinga gerakan kepala menyebabkan penekanan pada sinus karotis yang terletak pada leher samping agak kedepan. Hal ini bisa mengakibatkan detak jantung melambat dan menimbulkan sinkop.

Jika dilakukan pemeriksaan elektro-fisiologi (pemeriksaan aktivitas listrik jantung) pada penderita, umumnya terlihat fungsi jantung bekerja dalam batas normal. Hanya saja  dengan adanya manipulasi ringan berupa penekanan leher di derah sinus karotis ini mengakibatkan terjadinya gangguan aktivitas  atau hantaran listrik pada jantung.

Untuk mencegah jangan sampai mengalami hal tersebut, hindari penggunaan kerah baju yang terlalu ketat dan jangan memijat daerah leher atau hal lain yang menyebabkan tekanan pada sinus karotis.

Penampilan lain yang langka dari hipersentifitas vagus adalah paroxysmal sinusarrest. Pada keadaan ini sumber listrik utama jantung adakalanya berhenti selama 6-23 detik tanpa adanya faktor pencetus yang jelas. Kejadian ini bisa saat tidur maupun saat aktif, siang atau malam, dengan akibat hampir pingsan atau pingsan. Pengobatan untuk gangguan ini umumnya diarahkan pada penggunaan alat pacu jantung permanen yang ditanamkan di bawah kulit dada penderita.

Untuk mencegah terjadinya pingsan yang bukan karena kelainan jantung tadi antara lain dengan berolahraga seperti joging, bersepeda, berenang, atau melakukan olahraga seperti joging, bersepeda atau melakukan olahraga dinamis yang menguatkan otot kaki atau tungkai.

Kalau pingsan atau sinkop yang terjadi jelas penyebabnya karena kelainan jantung, Anda dianjurkan berkonsultasi dengan dokter jantung agar dilakukan pemeriksaan lebih seksama dan pengobatan yang lebih tepat. (sy/int)

Artikel Terkait