Senin, 11 Maret 2019

ASI, Imunisasi Paling Utama dan Pertama Untuk Bayi

Penyakit pnemonia saat ini merupakan pembunuh nomor satu pada bayi dan anak. Dilaporkan, hampir setiap empat menit satu orang bayi meninggal akibat pnemonia, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan bakteri, virus dan faktor lingkungan yang tidak sehat.

Kejadian tersebut sebenarnya dapat dicegah secara mudah, salah satunya dengan memberikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sejak lahir hingga ia berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif). ASI ternyata mengandung zat anti berbagai penyakit infeksi, termasuk zat antipnemonia.

Dilaporkan, selain zat gizi yang pas dan prima, ASI juga mengandung unsur kekebalan atau zat anti infeksi yang sangat diperlukan sistem pertahanan tubuh bayi yang baru lahir. Zat anti infeksi tersebut akan melindungi bayi dari serangan kuman penyebab infeksi dan parasit yang dapat mengganggu penyerapan zat-zat gizi.

Antibakteri-virus-parasit

Zat anti infeksi ASI yang sangat unik adalah imunoglobin (lg) karena berfungsi sabagai anti-bakteri, anti virus dan anti parasit sekaligus. Ada lima jenis imunoglobin, yaitu IgA, IgM, IgD, IgE, dan IgG dengan fungsi masing-masing, dan akan saling bekerja sama dalam memperkuat daya tahan tubuh dan menyehatkan bayi.

Dilaporkan, imunoglobin ASI  aktif melawan dan membunuh bakteri penyebab diare (E Coli) penyebab kolera (Vibrio cholerae), disentri (Shigella dysentria) dipteri (Clostridium dipteriae) tetanus (Clostridium titani), pneumonia (Klebsella dan Sterptococcus penumoniase) flu (Heemophillus influenzae).

Sebagai antivirus, imunoglobin aktif melawan dan membubuh virus polio, campak, herpes simpleks, TBC, flu, virus rubella, gondongan, dan lain-lain. Sebagai antiparasit imunoglobin aktif melawan dan membunuh parasit Gardia lamblia, Entamoeba histolytica, Schistosoma mansoni yang mengganggu penyerapan zat nutrisi sehingga bayi kurang gizi.

Imunoglobin ASI tidak diserap tubuh tetapi aktif bekerja di permukaan saluran pencernaan untuk melawan serangan kuman, menetralkan racun yang dihasilkan tersebut, bahkan membunuh kuman penyebab infeksi tersebut.

Faktor bifidus

Faktor bifidus dalam ASI berupa senyawa protein polisakarida merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus yang berperan mangasamkan lingkungan saluran pencernaan sehingga bakteri patogen dan parasit tidak bisa hidup dan berkembang biak.

Lysozyme ASI aktif menghancurkan dinding sel bakteri patogen sekaligus aktif melawan dan melindungi saluran pencernaan bayi dari serangan virus tertentu. Lysozyme adalah enzim yang sangat aktif di lingkungan asam seperti di saluran pencernaan. Kadarnya dalam ASI ribuan kali lebih tinggi dibanding kadar Lysozyme yang terdapat dalam susu sapi (formula).

Unsur lactoferrin ASI berperan mengikat zat gizi besi (fe) sehingga bakteri patogen yang perlu Fe untuk pertumbuhannya akan mati. Oleh karena itu bayi yang menyusu ASI dilarang mendapat suplemen zat besi, karena akan membuat ganas bakteri patogen tersebut. Sementara enzim laktoperoksidase bersama unsur lainya berperan melawan serangan bakteri jenis Streptococcus (termasuk S pneumoniea) Pseudomonas, E coli, dan lain-lain.

Sel-sel susu ASI mengandung makrofage (berfungsi melindungi kelenjar susu ibu,  saluran pencernaan bayi, memproduksi senyawa komplemen untuk proses phagositosis), serta limfosit B dan T (memproduksi interferon untuk menghambat replikasi virus intra seluler). Sel-sel susu tersebut aktif melawan serangan dan membunuh E Coli, Candidia albicans, virus rubella, herpes, campak, gondongan, dan kuman yang mengganggu saluran pernapasan bayi.

Kolestrum dan Imunisasi

Berbagai zat anti infeksi pada ASI paling banyak terdapat dalam kolestrum. ASI yang pertama kali keluar. Dan kadarnya ada yang naik, tetap atau akan menurun setelah minggu pertama menyusui sesuai keperluan untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Namun, kadar zat anti infeksi dalam ASI tersebut tergantung pada kondisi kesehatan dan gizi makanan ibunya.

Oleh karena itu selain dari kolostrum dan ASI, bayi harus pula ikut program imunisasi nasional seperti imunisasi BCG, DT, polio, hepatitis B, campak dan lain-lain sesuai umur, serta pemberian kapsul vitamin A, yang sudah bisa dilakukan di posyandu. Hal ini akan lebih meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga ia menjadi sehat dan tidak mudah sakit.

Di tengah krisis yang dihadapi seluruh bangsa saat ini, memberikan ASI sejak lahir hingga bayi berusia 4-6 bulan (ASI eksklusif) merupakan tindakan yang sangat bijaksana. Hal itu akan memberikan dampak sangat positif pada orangtua sekaligus bayinya.

Orang tua bisa menghemat biaya untuk makanan dan perawatan kesehatan, sementara bayi terpenuhi kebutuhan gizinya, terhindar dari penyakit infeksi seperti pnemonia, sehingga bayi dapat menjalani proses tumbuh kembangnya secara optimal untuk menjadi generasi yang tangguh dan tahan banting di abad ke 21. (mh/kmp)  

Artikel Terkait